P4MU bersama CDC RSMU saat menggelar seminar nasional Surabaya Eye Bank Forum 2025 di sebuah hotel kawasan Surabaya Barat, Sabtu (22/11/2025).(foto: Budi)Kegiatan ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan mulai dari perwakilan pemerintah, organisasi profesi, komunitas, rumah sakit, PERDAMI, perwakilan bank mata dari berbagai daerah, hingga akademisi. Tujuannya adalah memperkuat kolaborasi multisektor dalam percepatan penanggulangan kebutaan kornea di Indonesia.
Seminar nasional tersebut mengusung tema “Kolaborasi Multisektor demi Masa Depan Bank Mata di Indonesia.” Sejumlah tokoh penting hadir, antara lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Prof. Pratikno; Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK, Prof. Sukadiono; Direktur RS Mata Undaan, Sahata P.H. Napitupulu; Ketua Bank Mata Indonesia, Prof. Tjahjono D. Gondhowiardjo; serta Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.
Ketua P4MU, Arif Afandi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kebutuhan jaringan donor kornea di Indonesia masih belum terpenuhi secara merata.
Menurutnya, tantangan besar ini membutuhkan dukungan dan kesadaran bersama seluruh pemangku kepentingan.
“Kami menyadari bahwa upaya pemberantasan kebutaan akibat kerusakan kornea di Indonesia masih menghadapi tantangan, khususnya karena keterbatasan dan belum meratanya ketersediaan donor kornea. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran bersama agar berkolaborasi untuk masa depan bank mata yang lebih baik di Indonesia,” ujar Arif.
Dia juga menjelaskan penyelenggaraan Surabaya Eye Bank Forum 2025 merupakan bentuk kerja sama antara P4MU dan Kemenko PMK untuk membangun kesadaran nasional mengenai pentingnya penguatan bank mata.
Dalam paparannya, Prof. Pratikno menyoroti dampak luas kebutaan kornea, yang tak hanya memengaruhi kualitas penglihatan tetapi juga berdampak signifikan pada kehidupan sosial dan ekonomi penderitanya.
“Kebutuhan nasional donor kornea mata yang tersedia kurang dari 50 persen dari total kebutuhan. Bahkan kita juga masih membutuhkan donor kornea dari luar negeri. Oleh karena itu, penguatan bank mata menjadi kebutuhan mendesak, baik dari sisi kapasitas, jejaring, maupun kolaborasi lintas sektor,” jelasnya.
Pratikno juga menyampaikan kesiapan Kemenko PMK untuk bekerja sama dengan asosiasi bank mata. Ia membuka peluang pembentukan satuan tugas gabungan guna merumuskan solusi konkret terkait regulasi, pembiayaan, penyiapan tenaga kesehatan, riset, infrastruktur penyimpanan jaringan, hingga dukungan laboratorium.(Budi)