Cari Korban di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Bupati Sidoarjo: Alhamdulillah, Proses Evakuasi Membuahkan Hasil
TAJUK SIDOARJO – Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mengintensifkan upaya evakuasi pasca runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo.
Proses evakuasi melibatkan personel gabungan TNI-Polri, BNPB, Basarnas, relawan, dan tenaga ahli, serta dibantu penggunaan alat berat dengan target penyelesaian efektif dalam waktu 1×24 jam.
Bupati Sidoarjo, H. Subandi, bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Drs. Nanang Avianto, M.Si, serta jajaran terkait turun langsung meninjau proses di lapangan.
“Alhamdulillah, proses evakuasi perlahan mulai membuahkan hasil. Beberapa korban telah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan di lapangan,” ujar Bupati Subandi, Sabtu (4/10/2025). Ia juga menyampaikan duka mendalam bagi keluarga korban.
“Kepada seluruh keluarga yang tertimpa musibah ini, kami berharap dan berdoa semoga diberikan ketabahan, kekuatan, dan kesabaran dalam menghadapi cobaan berat ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Nanang Avianto menegaskan, fokus utama adalah menemukan korban yang masih tertimbun reruntuhan.
Berdasarkan pendataan per Jumat (3/10) pukul 23.00 WIB, terdapat 58 orang berada di lokasi saat kejadian, terdiri dari santri dan pekerja bangunan.
Dari jumlah tersebut, tim berhasil mengevakuasi 13 korban meninggal dunia (MD), sementara 50 orang lainnya masih dalam proses pencarian.
“Proses evakuasi kami lakukan dengan hati-hati. Pemindahan puing-puing dan bangunan harus ekstra waspada agar tidak menimbulkan dampak pada struktur gedung lain. Penanganan ini juga melibatkan tenaga ahli dari ITS, sehingga setiap langkah terukur,” ujarnya.
Pemkab Sidoarjo bersama aparat juga telah menyiapkan posko tanggap darurat lengkap dengan data korban untuk mempercepat penanganan.
Saat ini, operasi masih berada dalam fase golden time, di mana kecepatan sekaligus kehati-hatian sangat menentukan keselamatan korban yang mungkin masih hidup.
“Prioritas kami adalah misi kemanusiaan, yaitu menemukan dan mengevakuasi korban terlebih dahulu. Pendataan terus dilakukan agar tidak ada yang terlewat,” tegas Kapolda Jatim.
Di sisi lain, dukungan mengalir dari berbagai pihak. Empat organisasi—Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya (PMTS), Bakti Persatuan, Surabaya Peduli Bangsa (SPB), dan Perkumpulan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Perpit) Jawa Timur—menyalurkan bantuan senilai Rp200 juta untuk membantu penanganan darurat.(Ida)