UTM saat meresmikan Gedung SAS Center, Minggu (23/11/2025).(foto: Edi)Meski peresmian berlangsung meriah, penamaan gedung kampus dengan nama politisi aktif tersebut memicu polemik di kalangan mahasiswa.
Sejumlah mahasiswa UTM menilai penamaan fasilitas kampus dengan identitas politisi aktif berpotensi menimbulkan kesan keberpihakan institusi pendidikan terhadap kelompok tertentu.
Seorang mahasiswa berinisial H menyampaikan keberatannya terhadap keputusan tersebut.
“Masak kampus umum seperti kayak miliknya sendiri. Harusnya nama fasilitas kampus tidak membawa identitas politik,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (23/11/2025).
Dia menilai kampus seharusnya menjaga netralitas sebagai ruang akademik.
Kritik serupa juga diungkapkan mahasiswa lainnya yang mempertanyakan transparansi proses penamaan gedung tersebut.
Menurut mereka, pihak kampus perlu memberikan penjelasan resmi agar tidak berkembang spekulasi di tengah mahasiswa.
“Mereka meminta pihak kampus memberi penjelasan agar tidak muncul spekulasi lebih jauh,” imbuh mahasiswa tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, Rektor UTM, Prof. Safi’, belum memberikan tanggapan ketika dimintai konfirmasi terkait polemik penamaan Gedung SAS Center.
Dalam sambutannya saat peresmian, Said Abdullah — yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Anggaran DPR RI — mengajak para legislator asal Madura bersatu mendorong percepatan pembangunan Pulau Garam.
Dia menegaskan bahwa kehormatan itu milik rakyat yang memilih dan pembangunan gedung olahraga tersebut telah diperjuangkan sejak 2017.
Meski demikian, kontroversi penamaan gedung dengan nama politisi aktif tetap mengemuka. Para mahasiswa berharap pihak kampus membuka ruang dialog agar keputusan penamaan fasilitas publik dapat dilakukan secara objektif dan sesuai nilai-nilai akademik.
Said Abdullah sendiri merupakan anggota DPR dari PDI Perjuangan yang menjabat sejak 2004 dan kembali terpilih hingga periode 2024–2029. Pada Pemilu Legislatif 2024, ia meraih suara tertinggi dengan perolehan 528.815 suara.(Edi)