Maturitas Markesot di Stikosa AWS
TAJUK SURABAYA – Sejak digelar pertama kali di halaman kampus Stikosa AWS pada 23 Juli 2024, pengajian maiyah Majelis Ilmu Bang Bang Wetan selalu dipenuhi para jamaah yang mayoritas anak muda.
Dimotori Mas Sabrang “Letto”, mereka datang dari berbagai penjuru, duduk lesehan dengan tertib, menyimak pemikiran-pemikiran inspiratif dan mencerahkan dari Mas Sabrang maupun narasumber lain.
Pada gelaran ke-7 yang konsisten berlangsung di halaman kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/8 Surabaya, Kamis (12/6/2025), Bang Bang Wetan mengangkat tema “Maturitas Markesot”.
Walaupun kali ini Mas Sabrang absen, namun pemikiran narsum budayawan Totenk MT Rismawan dan Ustad Zein serta tampilan perkusi dari Karang Taruna Manukan mampu menahan para jamaah yang memenuhi halaman kampus sampai acara usai.
Tema ini berangkat dari pemikiran Mbah Nun (Emha Ainun Najib) yang telah mencapai maturitas atau kematangan berpikir.
Sedangkan Markesot adalah tokoh imajiner yang diciptakan Mbah Nun sebagai medium penyampaian pesan-pesan pencerahannya.
Sebagai pendakwah, Mbah Nun dikenal dekat dengan berbagai kalangan. Mulai pejabat, pebisnis, budayawan sampai pelawak.
“Mbah Nun telah mencapai tahap kematangan yang tidak hanya bersifat mandiri secara pribadi, tetapi juga mengajak sebanyak mungkin orang untuk saling bekerja sama, membenahi kekurangan dan kesalahan satu sama lain dalam banyak hal,” ujar salah satu jamaah Bang bang Wetan.
Dalam prolog acara, disebutkan Mbah Nun memegang prinsip rodhiatan mardhiyah—yakni, kita diajak untuk ridha terlebih dahulu kepada Allah, maka Allah pun akan lebih mudah ridha kepada kita.
Ketika kita membuka hati kepada Allah, Allah akan menurunkan hal-hal baru yang tak terduga, yang sangat mungkin menjawab kebutuhan atau cita-cita kita. Dengan menggunakan bahasa sehari-hari, obrolan Mbah Nun mudah dicerna.
Sesuai konsep pagelaran Bang Bang Wetan, pengajian ini membuka ruang diskusi dari para jamaah yang hadir. Setiap jamaah bebas menyatakan pendapatnya.
Arul Lamandau, salah satu yang hadir, mengatakan bahwa maturitas yang ia praktekkan dalam kehidupan sehari hari adalah dengan membangun komunikasi tatap muka yang baik di dalam keluarga. Bersama istrinya, ia sepakat untuk membatasi bermain ponsel.
“Saya juga tidak mau berhutang dan tidak mau menghutangi. Serta membuang barang-barang yang tidak bermanfaat atau mencegah keinginan diluar kekuatan diri” ujar pemusik ini.
Dengan konsep maturitas seperti ini, Arul mengaku kehidupan rumah tangganya berlangsung tentram.
Bagi Stikosa AWS, agenda bulanan rutin pengajian maiyah Bang Bang Wetan ini selaras dengan agenda program kegiatan kampus yang menyediakan ruang publik untuk sinau bareng.
Menurut Ketua Stikosa AWS, Jokhanan Kristiyono, ruang belajar tidak hanya tersekat di kelas-kelas, namun melalui ruang publik seperti ini bisa menanamkan ilmu dan norma pada generasi muda.(Redho)