Jon Sujani Pasaribu Ingatkan Makna Poda Na Lima untuk Tabagsel
TAJUK PADANGSIDIMPUAN – Poda Na Lima merupakan lima nasihat yang memiliki nilai filosofis leluhur. Lima petuah yang dijunjung tinggi oleh etnis Angkola-Mandailing ini kembali didengungkan oleh putra asli kelahiran Kota Padangsidimpuan, Drs Jon Sujani Pasaribu.
Mantan salah satu petinggi Bank BUMN ini memiliki asa untuk kembali membumikan falsafah kearifan lokal di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), “Poda Na Lima”.
“Poda Na Lima, merupakan falsafah adat masyarakat Tabagsel yang diantaranya berisi, paias rohamu (bersihkan jiwamu), paias pamatangmu (bersihkan badanmu), paias parabitonmu (bersihkan pakaianmu), paias bagasmu (bersihkan rumahmu), dan paias pakaranganmu (bersihkan lingkunganmu),” ujarnya.
Jon Sujani Pasaribu, yang merupakan ayah dari dua putri dan satu putra, yang juga sudah malang melintang selama 30 tahun di dunia perbankan ini, merasa mempunyai hutang moral untuk bumikan “Poda Na Lima” di Tabagsel.
“Saya lahir di Kota Padangsidimpuan, tepatnya di Kampung Marancar. Dari SD, SMP, sampai SMA tingkat 2, saya Sekolah di Padangsidimpuan,” ujar Jon perkenalkan diri saat bincang santai ke awak media di Sihoring-horing, Kota Padangsidimpuan, jumat (08/09/2023)
Menurut pria yang pernah mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Padangsidimpuan pada 1982 ini, ada prinsip atau tradisi di kalangan orang Batak, yang mana ia harus merantau ke “Kampung Orang”.
Ia bulatkan tekad, alhasil memutuskan niat untuk bersekolah dan menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Jakarta.
“Bukan tak sedih cerita saya saat mau merantau. Kalau harus mengingat itu, ibu saya, orang yang paling saya cintai, awalnya tidak setuju jika saya harus bersekolah atau merantau ke Jakarta,” tutur Jon.
Jon, akhirnya terus membujuk ibunya. Meski berat, tapi ibunya setuju. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Ibu Kota, ternyata ia, terus teringat akan ibunya. Ia tak bisa meninggalkan ibunya dan akhirnya memilih pulang kembali untuk Kuliah di Kota Medan.
“Supaya agak dekat ke Padangsidimpuan, saya kuliah di Kota Medan. Saya ngekos di Gang Jati, Jalan Teladan, Kota Medan, karena dekat dengan Kampus saya UISU,” kata Jon.
Walau kenakalan remaja masa itu, sangat luar biasa di Kota Medan, namun ia selalu ingat pesan orang tuanya agar jangan melenceng dari nasehat orang tua dan hukum-hukum agama, terlebih adat. Menurutnya, tak ada pelaut tangguh lahir dari air laut yang tenang. Jon, tak ingin berada di zona nyaman.
Meski saudara-saudara kandungnya banyak yang sudah meniti karier diberbagai bidang, serta meraih kesuksesan, namun ia tak ingin berpangku tangan akan hal itu. Jon merasa harus independen dari saudara kandungnya. Namun, selama berkuliah di Kota Medan, jiwanya untuk menaklukkan Ibu Kota, kembali berkecamuk.
Akhirnya pilihan Jon jatuh kembali untuk merantau ke luar kota, awalnya. Tahun 1993, Jon memantapkan diri berkarier di Bank BNI. Kurang lebih 30 tahun anak bungsu dari 7 bersaudara ini berkarier di Bank BUMN. Terakhir, di 2023 ini, ia melepas karier di BSI. Kini, Jon memilihi ke luar dari Bank BUMN, karena ingin mencari kebebasan.
Bagi Jon, sesuai nilai-nilai adat Tabagsel, ia sangat menjunjung tinggi persaudaraan yang baginya adalah segala-galanya. Selama di Bank, hampir setiap tahun ia pulang ke Kampung Halaman. Setelah meninggal ayah dan ibunya, ia juga selalu sempatkan diri untuk ziarah ke makam orang tuanya.
Ia mengaku sempat terbersit pikirannya, bahwa dia tak pernah berkarier di Tabagsel. Padahal, kalau ia mau, bisa saja Manajemen Bank BUMN, memberinya tempat kerja di Kampung Halaman.
Tapi, takdir berkata lain. Nyaris, meniti karier di seluruh bagian Pulau Jawa, pernah ia jalani. Sampai pada suatu ketika, ia teringat akan pepatah Tabagsel, yaitu “Poda Na Lima”. Di mana, ia merasa sedih akan perjalanan hidupnya sendiri. Karena, Jon merasa tak pernah berbuat apapun untuk Kampung Halaman.
Menurutnya, jika nanti setelah pulang ke “Kampung Akhirat“, ia takut Tuhan bertanya apa yang sudah ia perbuat untuk Kampung Halaman, tapi tak bisa menjawabnya. Memang, ia sudah menyediakan Lahan untuk bangun sekolah di Batunadua, Kota Padangsidimpuan.